Alhamdulillah setelah setahun lebih dari terakhir mengikuti acara mata pena. Sekolah tempat si bocah m3enuntut ilmu bisa menghadirkan Abah Ihsan sebagai narasumber event parenting. ‘Kiblat’ parenting saya memang beliau, meskipun belum dilaksanakan secara ‘kaffah’. Berikut resume dalam bentuk tulisan, yang mana udah pasti lebih seru live ya. Menyaksikan langsung ketegasan berbalut kegokilan beliau di acara. Bukan hanya menghibur tapi juga ‘menampar’ orang tua pada umumnya. Udah izin beliau untuk sebarluaskan.
- Suami harus bisa mengurus anak:
- Toilet di Jerman ada tempat ganti popok, Ayah yang ikut parenting = standar Jerman
- Ayah yang ikut mengurus anak = standar Swedia
BUKAN standar Wakanda
- Anak-anak yang dibesarkan ibu meskipun orang tua lengkap (peran Ayah minim), anak-anaknya cenderung diarahkan untuk memilih pekerjaan yang minim resiko, contoh: PNS
- Tugas pertama yang mengajarkan anak sholat & mengaji adalah tugas AYAH
- Menguasai teknologi ≠ dikuasai teknologi
Contoh: anak yang joget tiktok apakah menguasai teknologi?
- Nama anak sekarang: Ameera, nama anak dulu: Sumi.
Nama anak saja berubah = pola asuh juga berubah = konteks sosial berubah
Beda dengan jaman dulu yang sekampung tahu kita, karena homogen, jadi saling menjaga.
Beda dengan jaman sekarang yang heterogen, kalua kita tegur anak lain untuk tidak nakal, cenderung akan melawan / mengajak debat.
- Anak (A): meminta izin pergi camping bersama teman-teman
Ortu (O): melarang
A: mendebat, “gimana mau berani & percaya diri kalau tidak diizinkan.”
O: terpengaruh, “oh iya ya.”
→ “Baik, ortu berserah sama Allah”
*) Padahal Allah titipkan anak ke ortu eh dibalikin lagi.
- Ortu rajin sholat = anak lebih mudah disuruh sholat.
Begitu banyak kita lihat di mall, ibunya berjilbab syar’i,tapi anaknya pakai baju kurang bahan.
- Generasi yang lahir tahun 90-an adalah generasi yang lahir tanpa ortu punya skill parenting tapi masih selamat. Saat itu sudah ada internet tapi belum umum.
Generasi yang lahir tahun 2000-an sudah sangat perlu skill parenting, karena sudah terjadi Tsunami Akhlak. Sumber nilai-nilai kwhidupan merujuk pada idola yang salah, contoh: K-Pop.
- Jadi ortu pengasih → mudah. Contoh: membuat masakan untuk anak
Jadi ortu penyayang → penuh air mata & lebih membatasi anak. Karena tidak ada jaminan hidup anak akan sama enaknya dengan hidup ortu. Contoh: mengajarkan anak membuat masakan.
- Allah menciptakan neraka karena Allah sayang sama manusia. Kalau tidak ada neraka, maka orang boleh membunuh, boleh mencuri. Adanya neraka supaya manusia takut berbuat jahat.
- Keterampilan Agama: sholat, mengaji, hafalan, dll.
Tadabur → mempersiapkan anak berpisah dari ortu. Akankah setelah berpisah dengan ortu anak akan tetap pada agamanya? Akankah anak akan survive setelah tidak hidup dengan ortu?
- Setelah menikah, biarkan anak pergi (mengontrak / beli tempat tinggal). Tidak tinggal dengan ortu.
Kita tidak percaya anak 5 thn sendirian ke Indomaret | Kita tidak percaya anak-anak keliling dunia lewat internet sendirian |
Kita tidak percaya anak 10 thn sendirian ke Bali | = |
Kita tidak percaya anak 15 thn sendirian ke Australia |
- Ortu yang tidak memberikan gadget dianggap aneh & kolot sama orang sekitar. Harus siap juga dilabeli ortu galak oleh orang sekitar.
- Semua anak memiliki ilmu “kekebalan ikhtiar” = ngotot. Maka anak sudah melakukan “Observasi Lingkungan.” Contoh: “malu nangis, dilihatin orang (ortu), anak akan nangis supaya ortunya malu. Lalu karena Sebagian anak tidak tahan dengan perilaku anak tersebut, akhirnya ortu mengizinkan. Bila sampai lolos, maka fase selanjutnya yang terjadi adalah pembangkangan anak melawan ortu.
- Anak yang membunuh ortu, pasti ada prosesnya, tidak serta merta tanpa alasan. Maka harus memiliki “prinsip-prinsip dasar pengasuhan.”
- Ortu Amanah memilih lelah di depan
Ortu tidak Amanah memilih lelah di belakang
- Kalau anak bermasalah, anaknya ke terapis / ruqyah. Mestinya ortu yang diruqyah.
Ortu mengizinkan anak menggunakan gadget, SOP nya adalah:
- DIBUTUHKAN. Kalau anak menggunakan gadget ketika dibutuhkan untuk mengerjakan PR, apakah yakin hanya untuk mengerjakan PR saja? Yakinkan kalua dibebaskan akan fokus untuk mencari pengetahuan?
Kesenangan anak wajib dibatasi | Tujuannya: Akan berkurang kenikmatannya, karena dibatasi.Supaya terjaga kesenangannya |
Kebutuhan anak wajib dipenuhi | Contoh: Nasi kebutuhan bukan kesenanganSeks hanya nikmat & selamat kalau dalam ikatan pernikahan → dibatasi Tanyakan pada pezina, tidak akan puas kalau dibatasi. Anak main game boleh asal tidak kecanduan (TIDAK ONLINE) → dibatasi. Kalau online, mengerikan dampaknya. Karena terlalu besar kekuatan untuk merusak anak. |
2. DIDAMPINGI. Anak bermain gadget wajib didampingi ortu: tidak main gadget sendiri dikamar & dibatasi waktunya.
- Balita yang tidak diberikan gadget, tidak akan pernah bingung beraktivitas dan bersenang-senang.
- Anak sebagai USER yang belajar coding / animasi, 3 minggu juga akan menguasai. Tapi AKHLAK anak-lah yang harus dipersiapkan.
3. DIPINJAMKAN. Catatan: untuk anak yang belum punya gadget, kalau sudah terlanjur punya gadget, maka beda perlakuannya.
KENAPA PINJAM, TIDAK DIKASIH? KENAPA KELUARGA INI RIBET?
Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim saja bilang, “kalau terpaksa punya gadget, beri anak kita LAPTOP.”
- Dari 3 SOP yang dijelaskan di atas, pilihan ada di ortu, mau mengambil resiko yang mana?
- Ortu harus punya kewenangan anak patuh dengan ortu. Setelah anak nurut, ortu tidak boleh sewenang-wenangke anak. Kita tunjukkan power ada di ortu.
- Ciri adik & kakak berinteraksi adalah berantem
- Sepanjang ada perbedaan selalu ada konflik
- Ortu tegas dan konsisten sejak awal
Ortu ke anak:
- BERMAIN.
- BICARA (ngobrol), komunikasi 2 arah. Kalau searah, hanya Ibu yang bicara Namanya taklim. TIPS: seringlah ngobrol gak jelas dengan anak
- BELAJAR, sediakan majelis ilmu di rumah. Contoh: one day one juz, domestic activities (berbagi tugas pekerjaan rumah tangga kea nak)
*) Ortu yang mampu biasanya tidak akan membiarkan anaknya hidup susah.
Kemudahan bagi anak = kesulitan untuk ortu nantinya
Semoga yang postingan ini bisa bermanfaat ya, gaes.