Saingan dan membandingkan part 2

Benerr kannn, akan ada part – part berikutnya -_- Kondisi ini selalu tak terduga dan bikin lumayan keki *mungkin saya yang baper sih. 2 keluarga tak sengaja bertemu dan berlanjut :

Z : “eehh, Teona udah lama ya gak main sama X.”

Saya : “iya nih, X sibuk sih ya?” *sumpah, ini saya basa-basi

Z : “X gak ada waktu, Senin Rabu les bhs Inggris, Selasa Kamis les calistung, Jumat les renang.”

Saya  : “wah, sibuk ya.”

Z : “Teona les apa?”

Saya : “gak ikut les apa – apa.”

Kemudian hening. 
Lalu ibu Z berbasa – basi lain yang topiknya sama gak asiknya. Memberikan les tambahan ke anak di luar sekolah, kembali ke orang tua sih. Gak ada yang istimewa juga dengan itu. Malah saya dan suami berpendapat, orang tua yang sibuukk memberikan les ini itu. Biasanya (gak pukul rata ya), pendidikannya gak tinggi. Jadi gak PD kalo anaknya gak diles-in. Ini murni pendapat pribadi, gak setuju ya gak masalah. Kecuali memang anaknya seneng sibuk, bakal rempong kalo gak melakukan aktivitas jadi mending diles-in. Semua bebasss. Gak perlu jadi saingan kannn. 

Ibu Z adalah salah satu contoh teman dan ibu2 yang tidak lazim saya temui. Seenggaknya saya baru ini kenal orang model begini. Kalaupun Teona les sesuatu, poin utamanya untuk variasi kegiatan. Misal musik atau taekwondo atau lainnya yang bahkan Kami belum kepikiran. Bukan les yang serius gimana. Saya rasa, belum masanya. Jangan sampai terpengaruh aura negatif, baca : gak asiknya seseorang ke hidupmu. Semua orang tua punya prioritas untuk anaknya, nikmati aja tanpa mesti bandingin sama anak orang lain. Makanya bertemen sama yang asik aja *apa sih. Happy Monday. 

Published by Frany

Jakarta - I'm a yellow jacket almamater - Ibunya Teona - 30% workingmom 70% motherhood.

13 thoughts on “Saingan dan membandingkan part 2

  1. Ya. Kalau masih kecil biar banyak main saja. Tapi banyak juga ortu yg berpendidikan tinggi masih kasih les. Jadi sepertinya penyebab itu bukan latar belakang pendidikan ya….

    Like

    1. Spesifiknya, ortu yang duluuu Pendidikan nya gak tinggi sekarang Alhamdulillah tajir trus les ini itu demi anak yang lebih baik. Tanpa menafikan ortu pendidikan tunggu melakukan hal yang sama. No offense. Hanya gak perlu merasa anak les lebih canggih dibanding anak yang gak les. Prioritas yang saya maksud pun beda2 di tiap orang. Kalo saya misalnya, concern di jaga kesehatan. Jadi gimana caranya biar gak sakit, karena kalo sakit rempong banget, walopun cuma sekedar belekan mata. Hehe.

      Like

  2. Oh nggak merasa di offense kok. Cuma hasil melihat sekeliling saja. Kalau ortu merasa anak lebih hebat dr yg lain menurutku lebih ke harga diri si ortu sendiri sih yg mungkin bisa dipenuhi dari itu. Kecuali dia tdk bersikap demikian kok kitanya yg merasa gelisah hehe.

    Liked by 1 person

  3. Saya dulu bekerja sebagai guru lebih dari 7 tahun mbak, menurut saya anak kecil nggak usah banyak ikut les pelajaran, biarkan dia banyak main untuk menikmati masa kecilnya yang enggak lama, kalau mau dikasih les bidang seni saja kayak melukis, menari atau apa saja yang anaknya suka. Kalau aku masa kecilnya si sore hari ikut TPA (belajar ngaji) di masjid

    Liked by 1 person

  4. Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Frany….

    Kalau di Malaysia maksud les adalah kelas tambahan. Untuk anak-anak muslim di Malaysia dari Isnin hingga Khamis memang balik hingga sore sekolahnya mbak kerana ada jadual kelas fardhu ain dan j-QAF yang wajib diikuti oleh semua anak-anak SD muslim tanpa kecuali. Kalau mahu les, mereka harus buat malam atau di hujung minggu. Menurut saya, tidak perlu les, biar anak menikmati zaman kanak-kanaknya yang bebas bermain setelah penat belajar.

    Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂

    Like

    1. Waalaikumsalam wr. wb bu Hajjah Fatimah.
      Betul les = kelas tambahan di luar sekolah. Hanya saja untuk anak tadika, rasa-rasanya belum perlu. Karena Teona saya sekolahkan di tadika Islam, maka kalau mau les, bisa lainnya seperti musik, takwondo, atau lainnya.
      Saya setuju, apalagi bu Hajjah sudah berpengalaman memdidik anak. Maka kembali lagi ke prioritas anak tersebut. Terima kasih komentarnya.
      Salam hangat dari Jakarta Pusat 😊

      Like

  5. Aku setuju sih mbak, kalau masih kecil jangan terlalu banyak dijejelin les-lesan.
    Bukan bermaksud menjelek-jelekan tipe orang tua tertentu, tapi kalau ngasih les anaknya, diperhatikan engga tuh anaknya sebenarnya punya minat dan bakat dimana? Kalau kebanyakan les yang dipaksakan malah jadi stress, dan justru kurang berkembang di bidang dimana si anak justru punya ketertarikan.

    Liked by 1 person

Leave a reply to Frany Fatmaningrum Cancel reply