Pelatihan Komunikasi & Pola Asuh Anak (Modul 1) day 1

Awal Maret ini full of event. Setelah training kemarin, lanjut acara yang diadakan di sekolah TK yang akan Teona masuki habis lebaran idul fitri yang akan datang. Sayang bapaknya Teona ada raker, jadi saya aja yang hadir. Hidup adalah pengorbanan, jadi saya berkorban hari kedua training demi bisa hadir di acara ini. Ternyata memang BAGUS BANGET! Gak nyesel pokonya.

Sejak Teona lahir, saya kesulitan mencari tentang parenting islami. Alhamdulillah, Allah menjawab doa saya. Saat mendaftar masuk ke sekolah TK, ada pelatihan2 untuk orang tuanya juga. Kesan pertama saya tentang ibu pelatih : jago banget deh ini ibu. Tapi seperti bisa membaca hati saya, ibu pelatih tersebut bilang :

“Saya bisa jadi pelatih parenting yang handal, karena saya sudah jauh lebih dulu dan jauh lebih banyak melakukan kebodohan2 dalam mengasuh anak dibanding yang bapak2 dan ibu2 sekarang lakukan.” -> ibu itu meninggikan diri agar kita tahu kelemahan sebelum beliau bisa jago seperti sekarang. Dalam hati saya : keren nih orang. Bener aja dong, ibu pelatih adalah lulusan  ITB. Mohon maaf sebelumnya, tapi background pendidikan buat saya amat penting. Tidak mudah dan tidak semua orang bisa masuk  ITB. 

Saya gak akan bahas detail, karena akan jadi panjaangg. Pertanyaan pertama ibu pelatih bertanya mengapa punya anak? Karena fitrah manusia memiliki keturunan agar kelak dapat mendoakan saat kita sudah tiada (doa anak sholeh / sholehah). Maka kita harus sadari bahwa, punya anak adalah tanggung jawab sekaligus investasi. Oleh karena itu karakter anak amat menentukan. Kalau anak terlalu dimanja, maka daya juang rendah. Dibahas secara detail tentang tantrum dan cara mengatasinya *well, ini masalah sejuta umat. 

Self, tempramen, dan bakat adalah bawaan. Ada beberapa contoh kasus yang ditampilkan (sumpah, hal2 yang baru saya tau atau lihat) 

  1. Sinetron entah apa judulnya, menampilkan 3 anak laki – laki dan 3 anak perempuan nonton VCD porno, lalu mereka mencontohnya dengan tanpa rasa bersalah .
  2. Film Indonesia yang saya hanya tau judulnya tanpa pernah nonton filmnya. Ada potongan adegan di mana salah satu dari 3 gadis ABG itu menjual diri demi sejumlah uang untuk foya – foya. 
  3. Game yang populer, tentu saja ya game dirancang agar orang jadi nyandu. Namun game ini tokoh utamanya menjadi pencuri mobil, lalu uang yang dihasilkan untuk ke bar dan lainnya yang tentu tidak baik untuk anak – anak.

Duhhh, kok saya bisa baru tau sihhh?! Kok racun kotor seperti 3 contoh di atas bisa sih dengan mudahnya diakses bahkan tanpa bimbingan orang tua  -_____-   Kenapa kasus yang lagi hits, misal perkosaan anak di bawah umur oleh sekian anak laki-laki. Lalu muncul juga kasus serupa lainnya. Tapi bila media lagi gak ngeliput seperti sekarang, apa hal2 seperti itu tidak terjadi? Lenyap menguap begitu saja? :'(:'(:'( 

Oh ya, di sela-sela pelatihan, ada parent game edukatif dan mengerjakan kertas kerja. Menyenangkan! Ada juga waktu refleksi diri (tafakur), jujur duluu saya paling males kalau sedang ikut pesantren kilat ada kayak gini, dulu saat dini hari jadi ngantuk banget. Kali ini berbeda, karena tentang anak sendiri. Tentu menyentuh lebih dalam. Hiks. 

Berikut adalah KEKELIRUAN  :

  1. Tidak membaca bahasa tubuh 
  2. Tidak mendengarkan perasaan
  3. Menggunakan 13 cara tradisional :
  • Memerintah 
  • Mengancam 
  • Menceramahi 
  • Mencap 
  • Mengimterogasi 
  • Membandingkan
  • Mengalahkan 
  • Mendiagnosa 
  • Memberi solusi 
  • Mengalahi 
  • Menghibur 
  • Menjamin 
  • Membohongi

    Pengaruh penting komunikasi orang tua ke anak : verbal, intonasi, bahasa tubuh. Kontak mata dengan anak. Bila anak sedih, buka kunci hati anak. Hal lain yang mendukung : ekspresi wajah, gerak tubuh, postur (sikap tubuh), proximity  (pelukan, sentuhan). Ada juga konsep paralinguistik : cepat lambat bicara, tinggi rendah intonasi suara. 

    Ada beberapa surat di Al.Quran yang dibahas pada pelatihan ini. Hari pertama QS Thaha ayat 43-44. Intinya, bicara lemah lembut pada anak karena anak kita bukan Fir’aun *yaiyalah, amit2 kayak Fir’aun. Lalu ibu pelatih memberi peserta PR : pulang pelatihan, peluk anak kita, bicara lemah lembut, dan tinggalkan 13 pola pengasuhan tradisional. Hmm, PR yang sulit, pikir saya. Hari pertama pelatihan ini memberikan kesan yang mendalam untuk saya. Karena ternyata saya tak sendiri. 

    Published by Frany

    Jakarta - I'm a yellow jacket almamater - Ibunya Teona - 30% workingmom 70% motherhood.

    18 thoughts on “Pelatihan Komunikasi & Pola Asuh Anak (Modul 1) day 1

      1. 13 cara tradisional masih sering aku lakuin, mbak 😦 ini lagi belajar & berusaha mengurangi dan bertekad menghilangkan. Aamiin.

        Aku yg merasa beruntung bisa ditemuin dengan pelatihan seperti ini.

        Like

    Leave a comment